Waspadai Lebel Makanan Berbahan Haram

Untuk produk-produk yang menggunakan gelatin (biasanya produk-produk yang bersifat kenyal) perhatikan ada tidaknya penjelasan jenis gelatin yang digunakan.

Akhir-akhir ini di Indonesia masya Allah, kebanjiran barang-barang impor, termasuk makanan dan minuman dalam kemasan. Sebagai konsumen memeriksa label pada kemasan penting dilakukan. Siapa tahu ada kandungan bahan-bahan yang musti harus dihindari termasuk status kehalalannya.

Maraknya produk impor yang beredar di supermarket-supermarket seringkali membuat pembeli lengah. Padahal dalam produk import itu adalah rawan sekali terkandung bahan-bahan yang baik dari segi kesehatan atau kehalalan harus berusaha dihindari. Oleh karena itu memperhatikan label kemasan wajib dilakukan.

Siapa yang mengira penjelasan singkat yang diberikan produsen di balik kemasan ternyata bisa membantu untuk mengenali produk yang akan dibeli. Alangkah lebih baik apa maksud pengistilahan dalam label tersebut? Berikut beberapa istilah yang bisa dikenali sehubungan dengan kehalalan sebuah produk:

http://i143.photobucket.com/albums/r147/Nitajk/vegnoodlesingredients_1_1.jpgIngredients List yang ada di balik kemasan menandakan daftar bahan-bahan yang terkandung dalam makanan itu sendiri. Urutan penyebutan zat kandungan makanan itu dimulai dari zat yang jumlahnya terbanyak. Namun jika kita melihat lemak, gula, atau garam di awal daftar kandungan, itu menandakan tak banyak kandungan nutrisi pada makanan itu.

Harap mengenali dari simbol yang dijumpai pada kemasan terdapat gambar-gambar tertentu yang mengandung arti:

  • Simbol ®™ (Registered Trade Mark) berupa huruf R dalam sebuah lingkaran yang menunjukkan bahwa merek dagang tersebut terdaftar di kantor paten negara asal produk.

  • Simbol © (Copy Right) label terdaftar di kantor paten dan dilindungi dari pembajakan.

  • Label Halal ditandai oleh tulisan arab yang berbunyi Halaal.

Standardized food sering mengacu pada produk-produk impor, seperti selai, jelly, kecap atau saus, mayones, khususnya produk yang telah sesuai dengan standar Food and Drugs Association (FDA), yaitu sebuah lembaga pengawasan obat-obatan dan pangan di Amerika yang sama halnya Badan POM di Indonesia. Beberapa produsen yang bertanggung jawab biasanya akan mencantumkan pernyataan khusus jika produk ini berisi ingredien yang harus dihindari (haram) dengan menggunakan simbol berupa gambar babi atau istilah pork.

Kosher label ini perlu diperhatikan untuk produk produk yang berasal dari luar negeri atau lebih dikenal dengan produk impor. Menurut LPPOM MUI, produk-produk impor yang menggunakan label kosher boleh dikonsumsi jika telah mendapatkan sertifikat halal, karena banyak produk seperti produk turunan anggur, turunan babi yang mendapat label kosher tetapi tidak halal bagi konsumen muslim.

Perhatikan ada atau tidaknya kata vegetable atau 'nabati' seperti minyak nabati, mono atau digliserida nabati atau vegetable mono atau digli-seride. Untuk produk-produk yang menggunakan gelatin (biasanya produk-produk yang bersifat kenyal) perhatikan ada tidaknya penjelasan jenis gelatin yang digunakan.

Code Dating merupakan informasi mengenai kapan dan dimana produk diproduksi dan biasanya memiliki kemasan produk-produk yang memiliki umur simpan cukup lama.

Gelatin

Sementara itu, infomasi menarik dari industri permen bahwa gelatin yang selama ini banyak dipakai untuk jenis permen lunak (soft candy) telah dapat digantikan oleh bahan lain yang dijamin kehalalannya. Penemuan ini pertama kali dilakukan oleh sebuah perusahaan permen karet. Sebelumnya industri tersebut menggunakan gelatin sebagai bahan pelembut dan penghalus teksturnya. Ketika mengajukan aplikasi halal, penggunaan gelatin ini tentu saja tidak dapat diterima. Oleh karena itu mereka melakukan riset untuk mengganti gelatin dengan bahan lain.

Sebagaimana diketahui bahwa permen dapat dibedakan atas permen keras dan permen lunak. Pada permen lunak, yang oleh konsumen sering dikunyah-kunyah, biasanya ditambahkan bahan pelembut atau penghalus. Selama ini yang paling banyak digunakan oleh industri permen adalah gelatin.

Tetapi dengan temuan yang diperoleh perusahaan itu membuktikan bahwa sebenarnya fungsi gelatin dapat digantikan. Oleh karena itu informasi ini layak diikuti oleh produsen permen yang lain untuk melakukan riset yang sama agar produknya tidak diragukan lagi kehalalannya. Dengan demikian konsumen merasa lebih aman mengkonsumsi permen tersebut, karena terbebas dari bahan yang haram.

WHO Larang I'lan Makanan Buruk, Obesitas Banyak Ruginya

Obesitas alias kegemukan diperkirakan akan menjadi musuh kesehatan baru dan nomor satu di negara-negara maju. Dampak kegemukan mirip dengan rokok. Kegemukan tak hanya memengaruhi tingkat kesehatan warga, tetapi juga membebani keuangan negara.

Kekhawatiran akan epidemi obesitas pada anak yang kini melanda banyak negara membuat badan kesehatan dunia (WHO) mengeluarkan rekomendasi pelarangan i’lan makanan untuk anak. Jenis makanan yang dilarang terutama adalah makanan tinggi garam, gula, serta berlemak.

Rekomendasi ini merupakan bagian dari upaya melawan peningkatan kasus penyakit tidak menular, seperti kanker, diabetes, penyakit jantung dan paru, yang memicu peningkatan kematian dini. Obesitas merupakan salah satu faktor pemicu penyakit tidak menular. Dr. Timothy Armstrong dari WHO mengatakan penyakit tidak menular kini menyebabkan 90 persen kematian dini pada negara berpenghasilan rendah dan menengah dimana obesitas menjadi masalah.

Pemberantasan penyakit tidak menular memang menjadi fokus dari kebijakan kesehatan global yang digagas oleh WHO di tahun ini. Dalam pertemuan para pejabat WHO minggu lalu mereka mendiskusikan upaya untuk menarik perhatian para pemimpin negara khususnya pemerintah terhadap akan bahaya marketing industri makanan yang bisa memicu kegemukan pada anak. WHO juga akan menggunakan kesempatan pada Sidang Majelis Umum PBB untuk membahas hal ini.

Secara global, dari 42 juta anak berusia kurang dari 5 tahun yang menderita obesitas, 35 juta di antaranya adalah anak dari negara miskin.

Rekomendasi yang dikeluarkan WHO termasuk pada pengurangan frekuensi i’lan makanan dan "pengaruhnya", dimana kebanyakan i’lan menggunakan tokoh kartun yang menarik bagi anak-anak.

Para pejabat WHO juga sudah meminta pendapat perusahaan makanan terkemuka seperti Coca Cola, General Mills, Kraft, McDonals, Nestle, Univeler, dan masih banyak lagi. Para perusahaan hendaknya setuju untuk mematuhi aturan itu dan berkomitmen untuk tidak memasarkan makanan yang tidak sehat pada anak berusia kurang dari 12 tahun.

Menurut Armstrong, dalam pelaksanaannya WHO meminta bantuan tiap negara untuk memonitor implementasi setiap kesepakatan yang dicapai dengan industri namun rekomendasi dari WHO ini bisa dipakai sebagai langkah awal. "Konsepnya adalah setiap pemerintahan harus memimpin proses ini," katanya.

Obesitas alias kegemukan diperkirakan akan menjadi musuh kesehatan baru dan nomor satu di negara-negara maju. Dampak kegemukan mirip dengan rokok. Kegemukan tak hanya mempengaruhi tingkat kesehatan warga, tetapi juga membebani keuangan negara.

http://www.issa.int/var/aiss/storage/images/media/images/news-and-events/news-2008/oecd-2/1063850-1-eng-GB/OECD-2.pngKarena sangat pentingnya persoalan kegemukan bagi pembangunan bangsa, persoalan ini menjadi agenda khusus dalam pertemuan tingkat Menteri Kesehatan Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (Organisation for Economic and Co-operation and Development/OECD) di Paris, 7 – 8 Oktober tahun lalu.

Persoalan kegemukan menjadi penting karena kegemukan menyebabkan membengkaknya biaya kesehatan yang harus ditanggung negara. Di sisi lain, kegemukan juga membuat negara kehilangan tenaga produktif yang bisa dimanfa’atkan untuk membangun bangsa.

Sebagian besar dari 33 anggota OECD adalah negara maju dan anggota Uni Eropa. Untuk bidang kesehatan, Indonesia belum menjadi anggota OECD. Bersama Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, Indonesia berstatus sebagai negara pengamat.

http://www.dochorse.nl/Images/ProductImages/Obesi_93819691-db5c-4e22-9389-59811ea5343e.jpgLaporan OECD 2010 yang disusun Franco Sassi menunjukkan, penderita obesitas 8 – 10 kali lebih cepat meninggal dibandingkan orang dengan berat badan normal. Setiap kelebihan 15 kilogram dari berat badan normal meningkatkan risiko kematian hingga 30 persen.

Dalam sistem kesehatan di semua negara, obesitas menjadi persoalan serius dan mahal. Biaya kesehatan penderita obesitas 25 persen lebih tinggi dibandingkan orang normal. Semakin gemuk, semakin besar biaya yang dikeluarkan.

Biaya kesehatan individu yang tinggi itu turut mendongkrak biaya kesehatan yang harus ditanggung negara. Di negara-negara maju, obesitas memakan 1 – 3 persen total pengeluaran kesehatan. Bahkan, di Amerika Serikat, penanganan obesitas menggunakan 5 – 10 persen anggaran kesehatannya.

Besarnya anggaran mengatasi kegemukan diperkirakan akan terus naik seiring semakin berkembangnya gaya hidup tak sehat, meningkatnya beban hidup yang memicu stres, serta masih maraknya kebijakan pembangunan yang justru mendorong gaya hidup tak sehat.

Tren Obesitas

http://ismafarsi.org/wp-content/uploads/2009/06/obesitas.jpgTinggi dan berat badan manusia mengalami peningkatan sejak abad XVIII. Pemicunya adalah meningkatnya pendapatan, pendidikan, dan kualitas hidup. Bagi sebagian kecil kalangan, gemuk dianggap sebagai standar sehat dan tanda kemakmuran.

Perkembangan zaman membuat asupan makanan bertambah. Sayangnya, makanan yang dikonsumsi justru lebih banyak mengandung kalori dan lemak.

Pada saat bersamaan, pola kerja dan gaya hidup masyarakat menjadi kurang gerak. Ini ditambah dengan beban stres masyarakat yang semakin tinggi serta jam kerja yang semakin panjang. Semua itu meningkatkan jumlah masyarakat yang menderita kegemukan.

Pandangan akan kegemukan dan perubahan gaya hidup masyarakat membuat jumlah penderita kegemukan meningkat selama tiga dekade terakhir. Sebelum 1980, hanya 1 di antara 10 orang alami kegemukan. Kini jumlahnya berlipat-lipat.

Di separuh negara OECD, 1 dari 2 orang mengalami kelebihan berat badan dan kegemukan. Jika tren ini berlanjut, diperkirakan 2 dari 3 orang akan kelebihan berat badan dan kegemukan 10 tahun ke depan.

Negara OECD yang paling rendah jumlah penderita kegemukannya adalah Jepang dan KoreaSelatan. Selain ditopang pola konsumsi yang lebih sehat, tata kota di kedua negara itu juga memungkinkan masyarakatnya bergerak dan memiliki aktivitas fisik lebih banyak.

Perempuan lebih mudah menjadi gemuk daripada pria.

Di beberapa negara OECD, perempuan berpendidikan rendah mengalami kelebihan berat badan 2 – 3 kali lebih besar dibandingkan perempuan berpendidikan tinggi.

Anak dengan satu orangtua gemuk berpotensi 3 – 4 kali lebih besar untuk menjadi gemuk dibandingkan anak dari orangtua berberat badan normal. Selain persoalan genetik, orangtua menurunkan gaya hidup tak sehat. Pola makan yang salah, kurang gerak, dan terlalu banyak duduk adalah sebagian gaya hidup yang diwariskan orangtua.

Kegemukan juga menjadi persoalan dalam dunia kerja. Pemberi kerja kurang suka dengan calon karyawan yang gemuk karena dianggap produktivitasnya rendah dan mudah sakit. Pekerja gemuk gajinya 18 persen lebih rendah dibandingkan yang berberat badan normal.

Pengaruhi Ekonomi

Pelan tapi pasti, kegemukan menjadi musuh global. Bukan hanya karena dianggap mempengaruhi produktivitas, melainkan juga menimbulkan dampak ekonomi seiring semakin tingginya biaya kesehatan.

Namun, perhatian pemerintah pada kegemukan masih sangat kurang. Rendahnya pajak makanan instan dan maraknya pembangunan restoran siap saji turut mendorong pola makan yang salah. Sedangkan sistem transportasi telah mengurangi aktivitas jalan kaki, kurangnya ruang terbuka, dan fasilitas olahraga turut mendorong masyarakat semakin malas melakukan kegiatan fisik.

Untuk menahan laju pertumbuhan kegemukan, pemerintah, perusahaan swasta, dan lembaga pendidikan perlu bekerja sama. Promosi atas bahaya kegemukan dan langkah-langkah pencegahannya harus dilakukan segera dan menyeluruh. — (fn/k2m/m3©201105)


Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
clip_image001

Postingan Populer